-->

Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

Maxtrimus.com - Kesimpulan dan koneksi modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya program guru penggerak.

Sekolah merupakan sebuah ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan faktor abiotik. Kedua faktor tersebut adalah komponen yang ada di sekolah dan menjadi asset yang saling berkaitan, saling mendukung dan saling berinteraksi dan berkontribusi sehingga menjadi kekuatan bagi sekolah untuk mengembangkan sekolah demi terciptanya pendidikan yang berpihak pada murid sebagai wujud dari merdeka belajar.

Seorang pendidik memiliki peran salah satunya sebagai pemimpin pembelajaran yang diharapkan mampu berpikir positif (Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan), dan tidak lagi berpikir terhadap kekurangan yang ada di sekolah.

Dengan berpikir positif, maka seorang pemimpin akan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada disekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, serta memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan kearah yang lebih baik sehingga nantinya kekurangan, kelemahan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan.

Berpijak dari hal positif /kekuatan asset yang ada telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan asset tersebut dengan visi sekolah dan  visi setiap warga sekolah.

Ada 7 asset yang menjadi modal utama suatu sekolah menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset Building and Community Development, yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik , modal lingkungan/alam, modal financial, modal politik , serta modal agama dan budaya.

Asset yang dimiliki sekolah inilah yang menjadi kekuatan positif untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu memberdayakan kekuatan asset yang dimiliki dengan  membangun lingkungan belajar yang berpihak pada murid, merencanakan dan melaksanakan proses belajar, memimpin refleksi dan tindak lanjut, serta melibatkan orang tua sebagai pendamping.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya “ adalah pemimpin yang memiliki kemampuan mengenali, menggali, mengananalisis, dan memetakan potensi sumber daya / 7 aset utama sekolah maupun daerahnya dengan pendekatan berbasis asset untuk selanjutnya dimanfaatkan dan diberdayakan secara optimal demi terwujudnya perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid.

Melalui identifikasi 7 asset utama yang menjadi modal utama di SMA Negeri 1 Tapung Hilir, maka program-program yang direncanakan sekolah dapat berjalan dengan maksimal.

Salah satunya adalah program kelas terbersih, taman kelas terindah dan kebun kelas terbaik. Lalu sekolah juga mengikuti program sekolah adiwiyata, sekolah ramah anak , sekolah literasi serta sekolah gaul anti kekerasan. 

Adapun implementasi dalam pengelolaan sumber daya disekolah dapat dilakukan dengan cara mengkomunikasikan apa yang sudah dipelajari terkait pendekatan berbasis asset dan pengembangan komunitas berbasis asset kepada kepala sekolah dan teman sejawat.

Melakukan pemetaan asset sekolah , merencanakan kegiatan perubahan dengan menggunakan format BAGJA (define,discover,dream,design,deliver), memberdayakan asset yang dimiiki untuk mendukung rencana perubahan dan melaksanakannya, serta menciptakan kolaborasi dengan pihak  terkait untuk meminta umpan balik.

Untuk contoh implementasi di kelas , maka guru dapat mengidentifikasi dan menganalisis modal utama/asset  untuk mendukung program –program kelas seperti mendesain kelas agar nyaman dan menyenangkan, keikutsertan dalam kegiatan class meeting  dan kegiatan lomba yang dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah.

Dalam menyukseskan program-program sekolah, peran masyarakat sekitar sekolah juga sangatlah penting. Sebagai contoh, masyarakat sekitar sekolah memiliki rasa peduli , dan mampu bersosialisasi. Dengan  modal ini, masyarakat sekitar sekolah perlu dilibatkan untuk berkolaborasi dalam usaha pengembangan sekolah. 

Sumber daya yang dikelola dengan baik akan mendukung tercapainya visi sekolah melalui program-program yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan program terntunya akan berdampak pada proses pembelajaran.

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan memaksimalkan peran dan fungsi setiap sumber daya yang ada sehingga proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas dan lebih bermakna.Pengelolaan sumber daya berbasis asset  fokus pada kekuatan dan potensi murid , sehingg murid menjadi lebih responsif dan kreatif.

Sebagai contoh, ketika sekolah mengikuti program sekolah adiwiyata , maka sebagai seorang pendidik tentu tidak hanya menjelaskan teori yang sifatnya abstrak kepada siswa, karena secara konteks siswa akan kesulitan dan kurang mampu dalam menemukan hubungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun jika kita memanfaatkan alam/lingkungan di sekolah sebagai asset edukatif , maka kita akan mampu mengajarkan dan menanamkan kepada siswa  cara mencintai lingkungan sekitar secara konkret, sehingga lebih bermakna dan dampaknya dirasakan langsung oleh siswa.

Modul 3.2 ini terkait dengan modul-modul sebelumnya . Keterkaitan itu terangkum dalam defenisi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu “Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”.

Kata-kata kunci dalam kalimat tersebut memiliki keterkaitan antara modul 3.2 dengan beberapa modul yang telah dipelajari sebelumnya. Secara rinci sebagai berikut :

Setiap anak  adalah asset berharga (modal manusia) yang memiliki kekuatan kodrat ( Modul 1.1 Refleksi Filosopi Pendidikan KHD) yang kita didik secara optimal sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

Menyadari setiap anak dilahirkan dengan kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri juga merupakan asset yang memperkaya keberagaman, maka penyajian pembelajaran berdiferensiasi ( Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi) menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap murid.

Penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi (Konten, Proses, dan Produk) dapat memfasilitasi keberagaman dan terwujudnya merdeka belajar.

Dalam hal menuntun, seorang pendidik juga harus mampu mengidentifikasi 7 asset/kekuatan yang ada disekolah  agar dalam proses menuntun  tumbuh kembang  murid sesuai potensi mereka dapat menggunakan kekuatan berpikir positif.

Pendidik yang  merupakan modal manusia  harus memiliki dan menyadari segala nilai dan peran (Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak) yang ada pada dirinya. Pemetaan asset oleh  guru berdasarkan pada pemahaman terhadap 5 peran ( menjadi pemimpin pembelajaran, mendorong kolaborasi antar guru, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain serta mewujudkan kepemimpinan murid).

Untuk menjalankan peran maka seorang guru harus memiliki nilai dalam dirinya (Mandiri, reflektif,inovatif,kolaboratif dan berpihak pada murid). Praktik coaching (Modul 2.3 Coaching) juga dapat dilakukan untuk menuntun kekuatan kodrat  agar semua warga sekolah menemukan dan mengembangkan  potensi yang ada pada dirinya. Potensi –potensi inilah yang akan menjadi asset/modal manusia disekolah.

Dalam mencapai cita-cita murid, guru, dan sekolah yang merupakan cita-cita bersama, maka harus ditentukan tujuan yang jelas dan disepakati bersama. Cita-cita ini tertuang dalam visi sekolah.

Untuk mencapai visi  ( Modul 1.3 Visi Guru Penggerak), maka perlu disusun langkah /rencana/prakarsa perubahan dengan menggunakan pendekatan inquiry apresiatif (IA). 

Paradigma IA berfokus pada penggalian kekuatan dan inti positif yang diyakini ada pada setiap individu sehingga mampu berkontribusi untuk mencapai visi. Pendekatan IA dengan menggunakan tahapan BAGJA memperhatikan 7 asset utama yang ada dan berpedoman pada pendekatan berbasis asset.

Murid merupakan asset utama disekolah yang kita didik dengan kasih sayang. Melalui pendekatan berbasis asset, maka kita akan fokus pada hal-hal positif /kekuatan yang dimiliki oleh siswa sehingga pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif (Modul 1.4 Budaya Positif) yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif serta wellbeing ekosistem sekolah.

Dalam upaya menumbuhkan budaya positif dan mencapai well being sekolah, maka perlu motivasi internal/kesadaran diri, oleh sebab itu pembelajaran sosial emosional (Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional) diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan berempati, memiliki kesadaran diri dan pengelolaan diri yang baik sehingga asset/kekuatan/potensi yang dimiliki dapat diberdayakan secara optimal.

Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan (Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran).

Bagaimana seorang pemimpin mampu mengambil keputusan terkait pengelolaan sumber daya yang ada disekolah akan berdampak pada tercapainya visi sekolah. Seorang pemimpin pembelajaran pasti akan berhadapan dengan situasi dilema etika dan bujukan moral.

Itulah sebabnya pengetahuan tentang pengambilan keputusan sangat diperlukan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran  akan mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan 4 paradigma , 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan sehingga pemimpin dapat melakukan pemetaan asset dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal.

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, saya fokus pada kekurangan  (Pendekatan berbasis kekurangan) dan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, saya hanya mengidentifikasi modal manusia, fisik , financial dan alam lingkungan sebagai asset yang ada di sekolah serta tidak memberdayakan asset seoptimal mungkin.

Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, saya mengubah paradigma berfikir dalam menghadapi permasalahan. Saya  mulai berpikir positif dan berfokus pada asset dan kekuatan yang dimiliki, mulai membiasakan diri dengan pertanyaan yang memberdayakan seperti “ apa yang sudah berhasil?”, bagaimana strategi agar membuatnya lebih berhasil?”, “apa saja yang kita miliki sebagai kekuatan”.

Saya juga memahami bahwa ada asset yang tidak berbentuk fisik seperti modal agama/budaya, politik dan sosial, namun memiliki daya dukung dalam menggerakkan sekolah untuk bergerak ke arah yang lebih maju.

Saya menyadari bahwa dengan pengelolaan dan memberdayakan asset yang dimiliki sekolah  dengan tepat meski sekecil apapun asset itu, maka akan membawa manfaat dan berdampak besar bagi kemajuan sekolah.

Demikianlah kesimpulan modul 3.2 yang sudah saya pelajari dan juga koneksi antar materi yang telah diberikan selama mengikuti program pelatihan guru penggerak. “Mari Berdayakan Apa yang Kita Miliki”.

********SALAM CGP*******

Ditulis oleh :

CGP Suhaila Ulfah, S.Pd
Angkatan 3 Kabupaten Kampar
Unit kerja SMA Negeri 1 Tapung Hilir