-->

Khutbah Idul Adha yang Menggetarkan Jiwa

Setelah melaksanakan sholat idul adha, para jamaah akan mendengarkan khutbah idul adha yang akan disampaikan oleh khatib. Pada masa pendemi Covid-19 perayaan idul adha menjadi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Karna pada tahun ini setiap aktifitas berkumpul dilakukan dengan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Khutbah idul adha yang menggetarkan jiwa dapat membuat para pendengar terbawa suasana khutbah khatib sehingga yang mendengarkan dapat meneteskan air mata dan mengingat tentang kehidupan selama ini yang dijalani.

Khutbah Idul Adha Menggetarkan Jiwa : Qurban Adalah Wujud Ketaqwaan Kepada Allah SWT

Khutbah I

إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له و من يضلل فلا هادي له . أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبد الله و رسوله لا نبي بعده . – اللهم صل و سلم و بارك عليه و على آله و اصحابه و من سار على نهجه و سن بسنته إلى يوم الدين – ، أما بعد:

عباد الله، أوصيكم و نفسي بتقوى الله و طاعته فقد فاز المتقون . فقال تعالى:

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فازَ فَوْزًا عَظِيمًا [الأحزاب: 70-71] ثم أما بعد:

فإن أحسن الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم ، و شر الأمور محدثاتها ، و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة ، و كل ضلالة في النار

الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر ، الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر ، الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر 

الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و صبحان الله بكرة و أصيلا ، لا إله إلا الله وحده ، صدق وعده و نصر عبده و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده ، لا إله إلا الله و لا نعبد إلا إياه ، وخلصين له الدين ، و لو كره الكافرون ، و لو كره المشركون ، و لو كره المنافقون ، لا إله إلا الله و الله أكبر ، الله أكبر و لله الحمد

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puja dan puji bagi Allah Tabaraka wa Ta’ala, Rabbi wa Rabbukum, wa Rabbus Samaawati wal Ardhi wa Maa bainahuma, wa Rabbul ‘Arsyil ‘Azhim. Hanya kepada-Nya kita menyembah dan beribadah, dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah dan terlimpah keharibaan baginda Nabi Muhammad, beserta keluarga besar beliau, para shahabat beliau dan umat beliau yang tetap istiqomah diatas sunnahnya hingga akhir jaman.

Khutbah Idul Adha Terbaik Menyentuh jiwa

Pertama dan utama, khatib berwasiat kepada dirinya sendiri kemudian kepada para jemaah sekalian, sebagaimana Allah telah berwasiat kepada orang-orang yang beriman:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ [النساء: 131]

“dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (Qs. An Nisaa’ (4): 131)

Dengan ketakwaan itulah kita diperintah untuk berbekal menghadapi ‘perjalanan’ yang sangat panjang dan takwa itulah yang menjadi tujuan dari penyembelihan hewan kurban yang dilakukan oleh kaum muslimin diseluruh penjuru dunia. Karena Allah berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ ]الحج: 37]

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al Hajj (22): 37)

الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر ، لا إله إلا الله و الله أكبر ، الله أكبر و لله الحمد

Kaum muslimin rahimakumullah.

Kemarin (9 Dzul Hijjah) para jemaah haji berkumpul di ‘Arafah dalam rangka menunaikan satu rukun terpenting dalam ibadah haji yakni wukuf. Dahulu ketika Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam wukuf di ‘Arafah, beliau menyampaikan khutbahnya:

أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ : أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ ؟ قُلْنَا : بَلَى قَالَ : أَيُّ شَهْرٍ هَذَا ؟ قُلْنَا : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ ، فَقَالَ : أَلَيْسَ ذِي الْحِجَّةِ ؟ قُلْنَا : بَلَى قَالَ : أَيُّ بَلَدٍ هَذَا ؟ قُلْنَا : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ : أَلَيْسَ الْبَلْدَةُ الْحَرَامُ ؟ قُلْنَا : بَلَى ، قَالَ : فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ، أَلآ هَلْ بَلَّغْت ؟ قَالُوا : نَعَمْ ، قَالَ : اللَّهُمَّ اشْهَدْ فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ فَلاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ } أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ }

Tahukah kalian hari apakah ini?” Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Lalu beliau terdiam sejenak hingga kami mengira bahwa beliau akan menamakan dengan nama yang lainnya, kemudian beliau bersabda: “Bukankah ini hari an-Nahr (Penyembelihan Hewan Kurban)?” Kami menjawab: Benar. Beliau bertanya: “Bulan apakah ini?” Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Lalu beliau terdiam sejenak hingga kami mengira bahwa beliau akan menamakan dengan nama yang lainnya, kemudian beliau bersabda: “Bukankah ini adalah bulan Dzil Hijjah?” Kami menjawab: Benar. Beliau bertanya: “Negeri apakah ini?” Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Lalu beliau terdiam sejenak hingga kami mengira bahwa beliau akan menamakan dengan nama yang lainnya, kemudian beliau bersabda: “Bukankah ini adalah negeri al-Haram (Yang Terpelihara (Terjaga))?” Kami menjawab: Benar. Beliau menegaskan: “Sesungguhnya darah-darah kamu dan harta-harta kamu adalah haram atas kalian layaknya keharaman hari kamu ini pada bulan kamu ini di negeri kamu ini, hingga hari dimana kalian akan berjumpa dengan Rabb kalian. Bukankah aku sudah menyampaikan hal ini semuanya?” Mereka semua menjawab: Ya. Maka beliau bersabda: “Ya Allah, saksikanlah. Hendaknya orang yang hadir diantara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir, boleh jadi orang yang mendapat berita itu lebih memahami dari orang yang mendengarkan (secara langsung), dan janganlah kalian sepeninggalku nanti kemballi kepada kekafiran, sebagian kalian membunuh sebagian yang lain.” (HR. al-Bukhari)

Wasiat yang tertuang dalam khutbah singkat tersebut adalah mengajak kaum muslimin untuk menjaga persatuan dan kesatuan, bahwasanya darah-darah dan harta benda mereka terpelihara dan terjaga. Tidak halal untuk dialirkan dan untuk diambil kecuali dengan alasan yang diijinkan syariat Islam. Artinya bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamiin. Disinilah intisari daripada ajaran Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam yang diwariskannya dari bapaknya para nabi dan rasul, Khalillah Ibrahim Shalallahu’alaihi wa sallam.

الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر ، لا إله إلا الله و الله أكبر ، الله أكبر و لله الحمد

Kaum muslimin rahimakumullah.

Pada hari-hari ini kita tidak dapat melepaskan diri dari tauladan Nabi Ibrahim alaihis salam, seluruh rangkaian ritual ibadah pada masa-masa sekarang ini terkait langsung dengan kepribadiannya yang sangat agung lagi mulia, dimana beliau mengedepankan nilai-nilai keimanan daripada nilai materaialistis duniawi yang rendah, mengedepankan nilai-nilai tauhidnya daripada nilai egoisme pribadinya yang fana’, lebih mengutamakan keridhoan Allah Rabbul ‘alamin daripada kesenangan pribadinya yang sementara.

Sebuah kisah yang menggugah hati nurani dan perasaan manusia yang mendalam, terdapat pergolakan dan peperangan yang berkecamuk pada diri seorang manusia didalam mengalahkan nalarnya dan perasaannya demi menjalankan Wahyu Ilahi Rabbihi, bagaimana tidak ? anak kesayangannya, buah hati dan belahan jiwanya yang sudah sekian lama ditunggu-tunggu kehadirannya untuk mengisi kehidupan rumah tangganya yang harmonis lagi bahagia, seorang anak yang menjadi penyejuk matanya dan penyangga cita-citanya dimasa tua mendatang, kemudian dengan serta merta diperintah untuk dipersembahkan sebagai kurban untuk-Nya.

Allah berfirman tentang keluarga yang mulia ini:


وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهْدِينِ 99 رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ100 فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ 101 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ102

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ 103 وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ 104 قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ 105 ِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ106 وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ 108 سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ 109

كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ 110 ِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ 111

[الصفات: 99-111]

Dan Ibrahim berkata:”Sesungguhnya Aku pergi menghadap kepada Rabbku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu): “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba kami yang beriman.” (Qs. Shaffat (37): 99-111)

 الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر ، لا إله إلا الله و الله أكبر ، الله أكبر و لله الحمد 

Kaum muslimin rahimakumullah.

Bukankah dapat kita lihat dengan jelas, bahwa ketika Nabi Ibrahim alahissalam meninggalkan kaumnya yang tidak mau meneriwa dakwah tauhid yang diserukannya, bahkan mereka hendak membunuhnya, lalu ia pergi berhijrah kepada Rabbnya dengan membawa agama dan akidahnya demi menyelamatkan syariat-Nya yang lurus itu, seraya berdoa agar diberikan anak keturunan yang shaleh, yang taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan yang berguna bagi masyarakat sekitarnya.

Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 2021

Maka Allah Ta’ala mengabulkan doanya itu dan mengaruniakan kepadanya seorang anak yang shaleh lagi amat penyabar. Pada saat hatinya berada pada puncak kebahagian itu dengan kehadiran seorang anak kesayangannya yang mengisi kehidupan rumah tangganya yang selama delapan puluh tahun lebih tanpa seorang putera, tiba-tiba datanglah ujian itu kepadanya, sebuah ujian untuk melihat tingkat kepasrahan diri dan kepatuhan seorang hamba dihadapan perintah Rabbnya, sebuah ujian untuk mendapatkan gelar kehormatan dan kemuliaan disisi Rabbnya dan dimata umat manusia sepanjang masa, sebuah ujian yang sangat luar biasa agungnya.

Kita lihat bagaimana dialog yang terjadi antara seorang anak dengan ayahandanya dihadapan perintah itu, sebuah ungkapan yang menggambarkan kepasrahan diri, kepatuhan dan ketulusan hati, rela dan bersabar menerima dan melaksanakan perintah itu….

“Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).”

Oleh karenanya, dalam syariat Nabi kita Muhammad yang diwahyukan oleh Allah dalam kitab-Nya al-Quranul Karim, perintah kurban itu dikaitkan sangat erat dengan perintah ibadah shalat, dua macam induk ibadah yang sangat besar, yang satu terkait dengan hubungan vertical (habblum minallah) dan yang lainnya terkait dengan hubungan horizontal (habblum minannaas), yang kedua-duanya harus dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Qs. Al Kautsar: 1-3)

Lalu seorang hamba yang beriman, ia berikrar dan berjanji setia bahwa seluruh hidup dan kehidupannya dipasrahkan kepada Allah, Rabbnya. Firman-Nya:

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadat kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Qs. Al An’am (6): 162-163)

Disamping itu, ibadah kurban yang disyariatkan pun memiliki nilai social yang sangat tinggi didalam membentuk sebuah tatanan masyarakat yang rukun, damai lagi tentram, masyarakat yang bersatu padu, saling bantu membantu dan bergotong royang, yang kaya mengasihi yang miskin, yang miskin mendoakan yang kaya, sehingga tidak lagi tercipta kesenjangan social yang dapat memicu hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Hal ini tercermin dari firman-Nya:

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.” (Qs. Al Hajj (22): 36)

Semoga ibadah kurban yang kita laksanakan pada kesempatan kali ini dapat lebih meningkatkan kadar kepasrahan diri kita kepada Allah dengan sepenuhnya dan meningkatkan kepatuhan kita kepada perintah-perintah Nya, kita lebih mengedepankan kepentingan syariat Allah daripada kepentingan diri dan kelompok serta golongan, kita lebih dapat mengasah sikap toleransi kita dan welas asih kita terhadap sesama hamba Allah, maka jadilah kita sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara, menjadai satu tubuh dan satu bangunan yang saling menguatkan.

Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita kepada-Nya dan memberikan balasan yang sempurna dari apa yang telah kita kerjakan lalu menempatkannya dalam timbangan kebaikan disisi-Nya, dan kita diberikan pertolongan dan kemudahan-Nya untuk dapat melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

بارك الله في القرآن العظيم و نفعني و إياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم ، أقول قول هذا فأستغفر الله لي و لكم من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم . ***

Khutbah II

الحمد لله رب العالمين ، حمدا ناعمين حمدا شاكرين حمدا نعمه و يكافيء مزيده ، ربنا و لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك الكريم و عظمة سلطانك . أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبد الله و رسوله لا نبي بعده ، أما بعد :

عباد الله ، أوصيكم بتقوى الله و طاعته ، و سارعوا إلى مغفرة من ربكم و جنة عرضها السماوات و الأرض أعدت للمتقين . ثم قال تعالى و لم يزل قائلا متكلما : (( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ{18}

(( إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً )) الأحزاب56

اللهم صل على محمد و على آل محمد كما صليت على إبراهيم و على آل إبراهيم ، و بارك على محمد و على آل محمد كما باركت على إبراهيم و على آل إبراهيم في العاملين إنك حميد مجيد .

اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات – اللهم أعز الإسلام و المسلمين و أذل الكفرة المشركين و دمر أعداءك أعداء الدين .- ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بالإيمان و لا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ، ربنا إنك رؤور رحيم .

اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا و أصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و أصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا ، و اجعل الحياة زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر . – اللهم أحسن عاقبتنا في الأمور كلها و أجرنا من خزي الدنيا و عذاب الآخرة .

اللهم اقسم لنا من خشيتك ما تحول به بيننا و بين معصيتك ، و من طاعتك ما تبلغنا بها جنتك ، و من اليقين ما تهون به علينا مصائب الدنيا و متعنا بأسماعنا و أبصارنا و قوتنا ما أحييتنا . و اجعله الوارث منا و اجعل ثأرنا على من ظلمنا و انصرنا على من عادانا ، و لا تجعل مصيبتنا في ديننا و لا تجعل الدنيا أكبر همنا و لا مبلغ علمنا ، و لا تسلط علينا من لا يرحمنا .

ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار .

و آخر دعونا أن الحمد لله رب العالمين . – و صلى الله على نبيا محمد و على آله و صحبه و سلم تسلميا كثيرا، ثم السلام عليكم و رحمة الله و بركاته